Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang menyembunyikan kemarahan padahal ia mampu untuk melakukannya maka Allah akan memanggilnya bersama pemuka makhluk, hingga DIA menyuruh untuk memilih bidadari-bidadari bermata jeli, mengawinkannya dengan sebagian dari mereka yang ia kehendaki".
Takhrij Hadits
Hadits ini ditakhrij oleh Abu Dawud dalam sunannya, Kitabul Adab bab Man Kadhama Ghaidhan, 4/248 no 4777, dari hadits Sahl bin Muadz dari ayahnya dengan perbedaan ringan. Imam At Tirmidzi daam sunannya kitab Birr, no 74 dan kitab Manaqib no 18.
Penjelasan Hadits
Sumber: Majalah Elfata Vol. 05/2005 dengan beberapa editan. Penulis oleh Ummu Abbas.
Takhrij Hadits
Hadits ini ditakhrij oleh Abu Dawud dalam sunannya, Kitabul Adab bab Man Kadhama Ghaidhan, 4/248 no 4777, dari hadits Sahl bin Muadz dari ayahnya dengan perbedaan ringan. Imam At Tirmidzi daam sunannya kitab Birr, no 74 dan kitab Manaqib no 18.
Penjelasan Hadits
Allah telah menciptakan manusia terdiri atas ruh, akal dan fisik. DIA telah menentukan hikmah penciptaanya, lalu Allah menciptakan di dalamnya dua kekuatan:
Pertama: Quwah Syahwiyyah (kekuatan syahwat) yang kepentingannya membawa dan menghimpun apa-apa yang ermanfaat dan memberikan gizi kepada badan.
Kedua:Quwah Ghadhabiyah (Kekuatan marah)yang kepentingannya menahan dan menolak setiap apa yang menghancurkan serta memberi mudharat kepada badan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan anggota badan untuk manusia agar mampu mengabdi kepada masing-masing kekuatan. Allah menciptakan akal, supaya bertindak sebagai petunjuk atau penasihat bagi ruh, yang menang jika kedua kekuatan ini, condong menyimpang dari ukurannya maa akallah yang memberi isyarat kepada ruh atau menasihatinya supaya menghentikn kekuatan yang menyimpang tersebut,
Menahan
kemarahan
(Kadhmu-ghaid) di
dalam islam
mempunyai
kedudukan yang tinggi.
Supaya manusia kembali pada keseimbangan dan kesempurnaan. Di samping itu kadang-kadang akal menguak apa yang mengelilingi antara dia dan pencurahan nasihat karena suat sebab.
Kedudukannya di Dalam Islam
Menahan kemarahan di dalam islam mempunyai kedudukan tinggi dan tempat mulia. Cukuplah Allah sebagai pendukung, sesungguhnya Dia telah menjadikan ini sebagai sifat dan ciri-ciri orang yang bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman(yang artinya): " Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan pada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik pada waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". (Ali Imran: 133-134)
Menahan kemarahan di dalam islam mempunyai kedudukan tinggi dan tempat mulia. Cukuplah Allah sebagai pendukung, sesungguhnya Dia telah menjadikan ini sebagai sifat dan ciri-ciri orang yang bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman(yang artinya): " Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan pada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik pada waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". (Ali Imran: 133-134)
Sumber: Majalah Elfata Vol. 05/2005 dengan beberapa editan. Penulis oleh Ummu Abbas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar