Fenomena mengakhiri hidup dengan tragis masih terus berlanjut dan makin sering terdengar. Usia pelaku yang beragam menunjukkan bahwa masalah yang dihadai pun bervariasi.
Tidak melulu soal permasalahhan ekonomi, masalah menjalin hubungan dengan orang lain pun menjadi pemicu perilaku "pengecut" seperti ini. Mengakhiri hidup dan meng-"cut" usia sendiri dengan bunuh diri jelas perilaku yang tidak bermartabat, tidak ada kebaikan,dan tidak solutif. Justru ujungnya berbuntut panjang dan yang pasti seperti yang dijanjikan oleh Allah azza wa jalla, neraka dan azab yang dahsyat. Itu tentang perilaku bunuh diri, bagaimana jika mengangankan kematian karena kesulitan hidup yang dialami? Berikut ulasannya.
Sebuah pertanyaan diajukan kepada syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd, "Saya tertimpa banyak kesulitan dalam pekerjaan dan dalam kehidupan sosial saya. Bolehkah saya mengangankan kematian?"
Asy Syaikh menjawab, "Alhamdulillah. Kondisi Anda itu mirip dengan yang dikatakan oleh seorang ahli syair,
"Ingatlah kematian itu kini dijual bebas, belilah dengan segera."
Kehidupan ini sudah tidak memiliki kebaikan apa-apa.
Itu jelas keliru. Seorang mukmin tidak boleh mengangankan kematian. Kalau pun memang harus melakukannya, hendaknya ia mengucapkan doa yang diriwayatkan dari nabi sholALLAHu alaihi wa salam "Janganlah seorang diantara kamu mengangankan kematian karena kesulitan. Hendaknya ia mengatakan, "Ya Allah pertahankanlah hidupku jika kehiduan ini lebih baik untukku, dan matikanlah diriku jika kematian itu lebih baik untukku." (Riwayat Al Bukhari XI: 154)
(Dari kitab Al Iman bil Qadha wal Qadar, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd)
Dikutip dari majalah elfata edisi 06 volume 10 - 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar