7 Jan 2011

Resensi Novel Fabel The Wind in the Willows oleh Hendro Sugianto


The Wind in the Willows

Tikus tanah telah bekerja keras sepanjang pagi membersihkan seluruh ruangan di rumah kecilnya. Musim semi telah tiba ia bergegas keluar dari rumahnya melalui terowongan kecil tiba-tiba tuing! moncong-nya terkena sinar mentari pagi yang hangat. "Ini luar biasa!" katanya pada dirinya sendiri. Ia bergegas meninggalkan rumahnya, Kebahagiaannya terasa lengkap ketika menemukan aliran air yang bening. Ia duduk di  tepian sungai, terpesona. Dari kejauhan terlihat sesosok berbulu cokelat bersih terawat dengan perahu kecilnya, ialah tikus air yang mungil. Di ajak nya tikus tanah menyusuri sungai dengan perahu, "hari yang luar biasa!" katanya. "Ayo berangkat sekarang juga". "Apa yang ada di sana?" Tikus tanah menunjuk gerombolan pepohonan yang terlihat gelap di satu sisi sungai. "oh itu hutan rimba, kami penduduk sungai tak pernah ke sana". Sekilas terlihat sesosok yang besar dan tua, "siapa dia?" tanya tikus tanah. "Itu tuan luwak yang suka menyendiri." Jawab tikus air. Hari ini merupakan hari yang menyenangkan bagi tikus tanah karena ia tak pernah sekalipun keluar dari rumah dengan ladang luas di sekelilingnya. Hari ini hanyalah salah satu dari masa yang takkan terlupakan dalam hidupnya, ia belajar berenang dan mendayung . Dengan telinga yang menempel pada buluh-buluh air, sering kali ia dapat mendengar apa yang dibisikkan angin.
Keesokan harinya tikus tanah meminta tolong kepada kawan barunya tikus air untuk mengantarnya berkunjung ke puri katak yang sangat tersohor, mereka pun berangkat dan tak lama kemudian "itu puri katak" seru tikus air. Toady(panggilan katak) lalu melihat dan menghampiri mereka, "tempat tinggal yang indah" puji tikus tanah. "Yang terbaik di sekitar sini" katak menyombongkan. Pertemuan itu terasa mengesankan bagi ketiganya, mereka saling berbagi kisah tentang kehidupannya, berkelakar, tersenyum kecil, dan segala yang menyenangkan terjadi pada hari itu. Hidup ini indah bila semua mengerti itu.
Tikus tanah yang sudah terbiasa dengan hari itu tetap merasa penasaran dengan luwak tua yang pernah dilihatnya sewaktu menyusuri sungai. Ia ingin bertemu langsung dengannya, namun tak pernah tercapai karena tempat tinggalnya yang jauh di tengah hutan rimba. Ia minta tikus air untuk mengantarnya berkunjung ke kediaman tuan luwak, dengan menyusuri hutan yang gelap dan gemerisik suara para binatang mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah lubang di bawah pohon yang besar. Keesokan paginya saat Ratty(panggilan tikus air) terbangun,
"oh, ya ampun".
"Ada apa?" tanya Moly(panggilan tikus tanah).
"Ada salju". Jawab tikus air. Segalanya tertutup salju hingga membuat mereka bingung berada di posisi mana sekarang. Mereka berjalan menyusuri lembah dan tiba-tiba Moly tersandung sesuatu dan terjatuh dengan wajah terlebih dahulu,
"Aku pasti tersandung tunggul pohon!"
"Tidak goresan ya rapih" sahut tikus air sambil berpikir. "Jangan-jangan….´Lalu ia mulai menggali, mencakar, dan tak lama kemudian berteriak "Horeee!". Ia menemukan plat kuningan bertuliskan: TUAN LUWAK
Mereka menunggu dengan sabar walaupun harus berdiri cukup lama. "Masuklah" kata tuan luwak. Mereka berdesakan masuk. Luwak yang mengenakan jubah panjang, memegang secangkir minuman cokelat di satu tangan. Ia memandang keduanya dengan ramah dan menepuk kepala mereka sambil berkata, "Hewan sekecil kalian tidak semestinya berkeliaran di hutan rimba seperti ini". Luwak yang baik hati mempersilakan mereka masuk untuk menikmati minuman cokelat yang baru dibuatnya,
"Bagaimana kalian bisa sampai kemari?" tanya luwak sambil menuang minuman.
"Kami menyusuri hutan rimba yang gelap dan tidak bersahabat, di perjalanan kami kemalaman dan tidur di sebuah lubang di bawah pohon yang besar" sahut moly dengan penuh semangat menjawab.
"Lalu kami dibuat bingung oleh salju yang menyelimuti seluruh hutan, beruntung moly tersandung sesuatu yang dikiranya tunggul pohon yang ternyata itu adalah plat rumahmu yang terjatuh tuan luwak" tambah ratty yang juga penuh semangat. Suasana menjadi hening hingga…..
"Hahahaha….." tuan luwak, moly, dan ratty terkekeh bersamaan.
"Lalu bagaimana tentang katak?" tanya luwak.
"Makin parah saja" jawab tikus air serius. "minggu lalu dia kecelakaan lagi, pikirnya dia pengemudi dari surga!"
"Sudah ke berapa kali?" tanya luwak serius dengan wajah muram.
"Yang ketujuh kalinya. Sebagai teman kita harus bertindak sesuatu" jawab ratty.
Luwak berpikir sejenak lalu berkata, "Begitu musim semi tiba kita tangani dia, kita jadikan dia katak yang berakal sehat".
Setelah puas berkunjung ke rumah luwak, mereka berdua akhirnya ingin kembali ke rumah masing-masing. Setelah menempuh perjalanan yang panjang seharian, keremangan hari-hari musim dingin yang pendek mulai melingkupi mereka. Di sisi jalan, keduanya dapat mencium aroma ladang yang bersahabat melalui kegelapan. Perjalanan yang panjang  sebelum mereka dapat mendengar derit pintu, melihat nyala api, dan hal-hal lain yang akrab di mata. Tuan tikus tanah mulai terbayang rumah dengan ladang disampingnya, ia mulai menangisi perilaku dirinya yang telah mengabaikan dan acuh terhadap miliknya sendiri. Ia mengajak ratty untuk ikut bersamanya ke rumah yang tak jauh lagi, akhirnya sampailah mereka.
"Oh ratty!" pekiknya. "Mengapa aku membawamu ke tempat sempit yang menyedihkan dan dingin ini, sedangkan kau bisa pulang ke tepi sungai. Malam itu, tikus tanah-walaupun kelelahan usia merapikan rumahnya mulai mengantuk lalu menuju kamarnya. Namun sebelum dipejamkan, ia membiarkan kedua matanya menjelajahi setiap sudut kamarnya yang lama. Tindakan yang amat sederhana namun berarti, ia tidak ingin mengabaikan kehidupan barunya. Sungguh melegakan karena dia punya tempat tinggalnya sendiri, rumah. Hal-hal yang pasti membuatnya merasa di terima
Sungai adalah tempatnya bertualang ,
Namun di sinilah tempat kembalinya.


Pagi itu cerah, musim panas baru saja dimulai. Tikus tanah dan tikus air baru selesai sarapan ketika terdengar ketukan keras di pintu. Moly membuka pintu yang ternyata tuan luwak, luwak melangkah masuk kedalam ruangan. Tuan luwak membicarakan tentang katak dan rencana untuk membenahi kehidupannya yang berantakan. Mereka segera berangkat dan tiba di puri katak, sebuah mobil baru yang mengilap berada di depan rumah. Pintu rumah terbuka, katak menuruni tangga terburu-buru, dia memakai kacamata balap, topi, sepatu bot, dan mantel yang lebar. Katak siap membalap pagi itu, tiba-tiba katak diseret paksa masuk ke dalam rumahnya untuk diberi nasihat. Dalam proses menasihati itu akhirnya katak yang ceroboh dan licik serta pandai berdalih itu akhirnya menyadari kebodohan perilakunya, suasana menjadi sunyi cukup lama.
Luak dan yang lainnya pergi karena menganggap katak telah berubah, namun dugaan ini salah, ketika luak dan yang lain jauh dari pupil mata, katak ternyata langsung menaiki mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Disebuah persimpangan jalan lalu lintas, katak menerobos lampu merah yang seharusnya berhenti, polisi mengejar dan katak makin menginjak gas mobilnya dalam-dalam. Dihadapan katak terdapat kendaraan yang sedang terparkir dan katak yang telat membanting setir pun menabrak dan terguling. Katak yang masih sadar dilarikan ke rumah sakit, namun ketika hendak di rawat katak justru melarikan diri, ternyata ia pura-pura sakit untuk menghindari dakwaan. Katak melarikan diri kearah hutan rimba yang asing dan belum pernah ia jamah sebelumnya.
Berita tentang katak yang melarikan diri pun menyebar luas dengan cepat.
"Apakah kau sudah mendengarnya?" tanya tikus air.
"Aku tidak mendengar apapun selain embusan angin di pohon dedalu" jawab tikus tanah.
"Maksudku katak membuat ulah lagi, ia melarikan diri dari kesalahannya. Menurut kabar katak melarikan diri ke hutan rimba selatan, tempat yang jarang dijamah orang".
Katak yang menyadari bahwa dirinya kian terpuruk dalam keadaan dirinya yang sekarang, sendiri, di tengah hutan yang sepi dan gelap lagi dingin, tanpa makanan, tanpa uang, dan tanpa teman-temannya. Katak mencoba menenangkan pikirannya di dalam lubang di bawah pohon, keras berpikir membuat katak lelah dan tertidur pulas. Lubang pohon itu menghadap timur, katak terbangun mula-mula ia menggosok-gosok tangan lalu kaki dan wajahnya. Tak lama kemudian katak melihat riak air, lalu sebuah perahu tongkang melintas di air. Perahu itu hanya dinaiki seorang wanita bertubuh besar, kekar, dan memakai tudung kepala. Katak meminta pertolongan madam yang menaiki tongkang tersebut, dan madam pun menepikan perahunya lalu katak pun naik. Dari sang madam di ketahui bahwa sungai yang di laluinya menuju ke daerah kediamannya puri katak.
"Siapa dan darimana kau berasal tuan katak?" tanya madam dengan nada datar.
"Aku adalah tuan katak yang terhormat sangat kaya raya, namaku begitu tersohor di mana-mana" jawab katak menyombong.
"Ooh.. jadi kau katak yang melarikan diri dari kejaran polisi itu ya" ujar madam yang juga membuat katak kaget karena begitu cepatnya berita menyebar. Lalu di raihnya tangan katak dan di lemparkannya ke udara sembari berkata
"Pergilah kau penjahat jalanan, kau tak pantas menaiki perahuku" berkata madam kepada katak dengan nada suara keras dan mengejek. Katak pun tercebur ke sungai dan berusaha untuk menepi, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan kuatnya arus sungai, katak menghela napas, menghembuskannya, dan menatap sekeliling dan berusaha untuk meraih ilalang yang tumbuh di tepian sungai. Sesuatu yang kecil dan terang menampakkan diri, lalu berkilat jauh di sana, menghampirinya. Perlahan-lahan, tampaklah seraut wajah yang sangat di kenalinya.
Wajah berbulu coklat dengan kumis.
Wajah bundar dengan mata berkilat.
Dengan telinga kecil yang terawat dan bulu halus nan tebal.
Itu tikus air. Ia mengulurkan tangannya kepada katak dan menariknya kuat-kuat.
"Oh, Ratty" pekik katak, setelah berada di rumah tikus air dengan selamat. Ratty memberinya pakaian yang bagus dan rapih, sekarang penampilan katak jauh lebih pantas di banding sebelumnya. Saat turun katak bertanya kepada Ratty seputar puri kediamannya.
"Ratty setelah ini aku ingin pulang ke rumahku yang nyaman" ujar katak dengan hati yang berseri-seri.
"Apa kau belum mengetahuinya" jawab Ratty.
"Tahu soal apa?" wajah katak berubah pucat.
"Tentang para rase dan cerpelai? Bagaimana mereka mengambil alih puri katak?, sewaktu kau tak ada luak mengabarkan kepada satwa lainnya bahwa kau pasti kembali, maka luak dan yang lainnya pun membawa perbekalan untuk menginap dan merawat puri mu. Namun di tengah jalan mereka dihadang oleh sekawanan rase dan cerpelai serta musang dengan senjata lengkap, mereka memukuli tuan luak dan lainnya. Mereka pun mengambil alih dan sesumbar bahwa mereka akan tinggal di puri katak untuk selamanya".
"Oh, sungguh keterlaluan" katak meraih sebuah tongkat.
"Kau akan mendapat masalah" tikus air memberi peringatan.
Namun katak telah berangkat dan tak dapat dihalangi lagi. Saat ia tiba, seekor cerpelai dengan senapan laras panjang  dan katak pun tiarap lalu Dor! Sebutir peluru hampir mengenai kepalanya. Namun katak belum menyerah, ia mengeluarkan perahu Ratty dan mendayung ke arah puri. Suasana terlihat damai, tenang, dan senyap. Tiba-tiba Duk! Sebuah batu besar yang dijatuhkan dua ekor musang menembus dasar perahu.
"Apa kubilang,,?" ujar tikus air ketika katak kembali. "Sekarang perahu ku hilang dan baju bagus yang kupinjamkan rusak! Sungguh Toady, aku heran bagaimana caramu tetap punya teman!?, aku akan memanggil luak mungkin dia punya ide untuk menyelamatkan puri mu."
Tak lama berselang luwak bersama tikus tanah datang, tanpa berbasa basi luwak langsung bersuara dan membangun rencana untuk penyerangan terhadap rase dan sekutunya.
"Akan kuberitahukan sebuah rahasia besar."
Katak menegakkan tubuh pelan-pelan dan menyeka matanya.
"Ada….lorong….bawah tanah," ucap luwak, "bermula dari tepi sungai, dekat-dekat sini, ujung satunya tepat ditengah puri katak".
"Oh mustahil" sergah katak. "aku hafal seluk beluk puri katak luar dalam, percayalah!".
"Ayahmu adalah teman baikku," kata luwak tegas. "Dia menceritakan hal yang dalam mimpi pun takkan dikatakannya padamu.Dia menunjukkan lorong itu padaku. Katanya lorong itu sudah ada sejak dia membeli rumah. Begini rencananya: besok malam pemimpin rase akan merayakan ulang tahunnya dan mengadakan jamuan beasar, tidak ada senjata, pistol, tongkat. Mereka semua akan berpesta pora."
"Tetapi akan tetap ada penjaga" ujar tikus air.
"Di sinilah peran lorong itu" lanjut luwak. "terowongan itu berujung di bawah ruang penyimpanan barang, di sebelah ruang makan!. Nah baiklah karena rencana sudah di tetapkan dan sudah larut malam, tidurlah kita bahas lagi besok pagi."
Keesokan harinya tikus tanah sudah tak ada di tempat, ia bergegas memakai pakaian ala pembantu dengan selendang dan keranjang pakaian. Ia menyamar dan menghampiri para penjaga puri dan mengabarkan kepada mereka bahwa "luwak dan teman-temannya sudah menyusun rencana dan akan melakukan penyerangan besar-besaran, nah kalau aku jadi kalian aku akan segera pergi dari sini". Sepulangnya dari sana moly menceritakannya kepada katak tentang pengelabuhannya itu kepada rase dan sekutunya.
"Oh.. moly kau mengacaukan semuanya" sergah katak.
"Tidak, tindakanmu itu bagus moly" tukas luwak.
Saat hari mulai gelap luwak memimpin rombongan menuju terowongan rahasia untuk menyerang, dengan di terangi sebatang obor mereka menyusuri terowongan yang dingin dan lembab. Sampailah mereka pada sebuah tangga yang menghubungkan dengan ruang barang, akhirnya jarak mereka hanya tinggal satu pintu dari para musuh.
 Luwak memanjat naik dan berteriak, "sekarang!"
.....Kemudian membuka pintu lebar-lebar.
Dengkingan, cicitan, dan pekikan ramai terdengar!
Para rase merangkak ke bawah meja dan berlari ke arah jendela! Para cerpelai berhamburan ke perapian dan menyumbat cerobong, meja dan kursi terbalik, kaca dan porselin pecah berantakan ketika para pahlawan kita menyerbu ke dalam ruangan. Hanya empat ekor hewan, namun para rase yang panik mengira ruangan itu di penuhi hewan mengerikan yang mengokang dan meletuskan senapan-senapan besar.
Pertempuran segera berakhir ketika para rase yang ketakutan lari melintasi rerumputan.

Semua satwa bersorak saat katak masuk. Mereka membentuk lingkaran, memberi selamat dan mengucapkan kata-kata manis mengenai keberanian, keceedikan, dan kemampuan katak bertarung. Akan tetapi katak hanya tersenyum dan berbisik, "Oh biasa saja, kok. Aku sekadar beruntung. Sungguh!"
Para hewan pun bingung dengan sikap katak yang kini mulai berubah lebih rendah hati da banding katak yang sebelumnya.
Sejak saat itu, kehidupan keempat hewan tersebut berjalan dalam kegembiraan, saling menghormati,dan ketenteraman yang luar biasa. Seorang pengacara berhasil membatalkan tuntutan dan vonis atas katak, karena kini katak benar-benar merubah perilakunya. Terkadang sesekali mereka berjalan bersama menyusuri hutan rimba yang kini lebih bersahabat dan tak lagi angker karena sikap kepahlawanan luwak, tikus tanah, tikus air, dan katak.

TAMAT

Unsur-unsur karya sastra

Tema
Kesetiaan persahabatan

Latar
Tanah datar yang berpenghuni, Hutan rimba, Sungai, Puri katak.

Alur
Campuran

Gaya Bahasa
Perjalanan yang panjang  sebelum mereka dapat mendengar derit pintu (Personifikasi)

Mengapa aku membawamu ke tempat sempit yang menyedihkan dan dingin ini (Hiperbola)

Lalu kami dibuat bingung oleh salju yang menyelimuti seluruh hutan (Personifikasi)

Sudut Pandang
Orang ke tiga serba tahu

Penokohan dan Perwatakan
Tikus Tanah – (Moly) agak pemalu

Tikus Air – (Ratty) Ramah, periang, dan hobi berperahu dalam dan makan siang  piknik

Katak – (Toady) Cenderung sombong, periang, boros

Luwak – Bijaksana, pendiam, tidak suka membaur dengan penduduk, namun selalu memerhatikan mereka

Madam – Galak dan kurang bersahabat

Rase, cerpelai, musang – Cerdik namun suka mencuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sponsored By

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...